Langit mendiam setelah ribuan tahun. Bintang-bintang pun enggan berkedip, seolah tahu, malam ini adalah saksi dari hati yang hancur berkeping-keping. Di bawah rembulan pucat, di puncak Pagoda Giok yang rapuh dimakan waktu, berdiri Xiao Lan, matanya setajam belati berlapis es. Jubah putihnya berkibar ditiup angin, menari dengan elegi kesedihan yang tak terucap.
Di hadapannya, berlutut seorang pria. Jenderal Li Wei, sang pahlawan yang namanya diagungkan di setiap sudut kerajaan. Dahulu, mata Xiao Lan hanya melihat CINTA di tatapan itu. Dahulu, telinganya hanya mendengar janji-janji abadi yang terukir di bawah pohon persik yang mekar. "Aku akan kembali, Lan'er," bisiknya dulu, jarinya menyentuh pipi Xiao Lan selembut bulu burung phoenix. "Aku akan menaklukkan dunia dan meletakkannya di kakimu."
Tapi, dunia yang ia taklukkan, ternyata, tidak cukup besar untuk menampung janji itu.
Seribu tahun telah berlalu. Seribu tahun Xiao Lan menanti di Pagoda Giok, merajut harapan dari benang-benang kesunyian. Seribu tahun Li Wei memimpin pasukan, membangun dinasti, dan... menikahi putri mahkota kerajaan tetangga.
"Lan'er..." Suara Li Wei bergetar, memohon ampun. "Aku... aku terpaksa. Ini demi kerajaan. Demi... kedamaian."
Xiao Lan tersenyum pahit. Senyum yang tidak mencapai matanya. "Kedamaian?" bisiknya. "Apakah kedamaian dibangun di atas pengkhianatan? Apakah mahkota dibangun di atas air mata?" Ia mengangkat tangannya yang gemetar, memperlihatkan jepit rambut giok yang Li Wei berikan padanya seribu tahun lalu. "Kau ingat ini, Li Wei? Kau ingat janji kita di bawah pohon persik?"
Li Wei menundukkan kepalanya. RASA BERSALAH menggerogotinya lebih kejam daripada pedang apapun.
Xiao Lan melangkah mendekat. Tangannya terangkat, bukan untuk menyentuh, bukan untuk memaafkan. Melainkan untuk... memberikan keadilan. Bukan dengan pedang, bukan dengan sihir. Melainkan dengan KESADARAN.
"Kau berkata kau terpaksa. Kau berkata ini demi kerajaan. Baiklah, Li Wei. Kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan." Xiao Lan mengulurkan tangannya dan menyentuh kening Li Wei. Seketika, cahaya keemasan menyelimuti mereka.
Li Wei terhuyung ke belakang, matanya membelalak. Ingatannya ditarik paksa, diubah, dan ditata ulang. Ia akan tetap menjadi pahlawan, tetap menjadi jenderal, tetap menjadi raja yang disegani. Tapi ia TIDAK AKAN PERNAH MENGINGAT XIAO LAN. Ia akan bangun esok pagi, meyakini bahwa ia selalu mencintai istrinya, bahwa ia tidak pernah mengenal wanita lain.
Xiao Lan berbalik, memandang langit yang diam. Dendamnya bukan darah, bukan kematian. Dendamnya adalah KEABAIAN. Li Wei akan hidup bahagia, namun kebahagiaannya dibangun di atas fondasi yang rapuh, fondasi yang tidak pernah ia sadari. Ia akan memimpin kerajaannya dengan bijak, namun HATINYA AKAN SELALU KOSONG.
Ia akan hidup, mencintai, dan memerintah... tapi ia akan MELUPAKAN satu-satunya wanita yang benar-benar mencintainya.
Kehidupan akan memberimu semua yang kau inginkan, Li Wei. Tapi ia juga akan mengambil yang paling berharga darimu.
You Might Also Like: 0895403292432 Agen Kosmetik Fleksibel