Senyum Yang Membawa Surat Wasiat Terakhir



Senyum yang Membawa Surat Wasiat Terakhir

Babak 1: Bunga Plum di Musim Dingin Abadi

Di tengah hiruk pikuk Kota Terlarang yang modern, Lin Yue, seorang desainer perhiasan muda yang sedang naik daun, merasakan deja vu yang aneh setiap kali melihat lukisan bunga plum berwarna merah tua. Bunga itu, selalu digambarkan dengan kelopak yang rapuh namun penuh semangat, mengingatkannya pada sesuatu yang hilang, sebuah JANJI yang terkubur dalam lubuk jiwanya.

Suatu hari, ia menerima sebuah kotak antik berisi gulungan sutra lusuh. Di dalamnya terdapat sebuah surat wasiat, ditulis dengan tinta yang hampir pudar, berbunyi: "Kepada Li Wei, senyummu adalah satu-satunya harta yang kubawa ke alam baka. Aku akan menunggumu, meski seratus tahun harus berlalu." Surat itu diakhiri dengan tanda tangan 'Cai Ying'.

Perasaan aneh menyelimuti Lin Yue. Mimpi-mimpi mulai menghantuinya – adegan istana megah, intrik politik, dan tatapan penuh cinta dari seorang pria berjubah naga. Suara lirih selalu berbisik, "Wei...kembalilah padaku."

Babak 2: Eko Masa Lalu

Di sisi lain kota, Gu Jingchen, seorang CEO muda yang dingin dan berkuasa, menderita insomnia kronis. Satu-satunya hal yang bisa menenangkannya adalah suara guzheng yang dimainkan oleh seorang musisi jalanan di taman dekat kantornya. Suara itu... sangat FAMILIAR, menusuk jauh ke dalam hatinya.

Suatu sore, saat hujan gerimis membasahi taman, ia melihat Lin Yue berdiri di dekat pohon plum yang sedang mekar. Tatapan mereka bertemu, dan dunia seolah berhenti berputar. Gu Jingchen merasa seperti telah mengenal wanita itu selama SEUMUR HIDUP.

Mereka mulai bertemu, secara kebetulan namun terasa begitu ditakdirkan. Lin Yue menceritakan mimpinya, surat wasiat misterius, dan lukisan bunga plum yang menghantuinya. Gu Jingchen, yang awalnya skeptis, mulai merasakan gelombang emosi yang kuat setiap kali bersentuhan dengan Lin Yue. Ia bahkan mulai bermimpi tentang Cai Ying, seorang selir kesayangan yang difitnah dan dieksekusi seratus tahun lalu.

Babak 3: Mengungkap Kebenaran

Bersama-sama, mereka memulai perjalanan untuk mengungkap misteri masa lalu mereka. Mereka mengunjungi museum, perpustakaan, dan bahkan makam kuno. Potongan-potongan teka-teki mulai menyatu.

Cai Ying, seorang wanita yang cerdas dan berbakat, dijebak oleh selir lain yang iri dengan perhatian Kaisar Li Wei. Li Wei, dibutakan oleh intrik istana, menandatangani surat perintah eksekusi Cai Ying. Menjelang kematiannya, Cai Ying bersumpah bahwa ia akan kembali dan membuat Li Wei menebus dosanya.

Lin Yue dan Gu Jingchen menyadari bahwa mereka adalah reinkarnasi dari Cai Ying dan Li Wei. Namun, takdir memiliki rencana yang lebih rumit. Selir yang menjebak Cai Ying juga telah bereinkarnasi, menjadi seorang wanita kuat dan berpengaruh yang bertekad untuk memisahkan Lin Yue dan Gu Jingchen.

Babak 4: Balas Dendam yang Sunyi

Wanita itu mencoba segala cara untuk menghancurkan Lin Yue. Ia menyebarkan fitnah, mencuri desain perhiasannya, dan bahkan mencoba mencelakai keluarganya. Namun, Lin Yue tidak membalas dengan kemarahan. Ia menghadapi semua tantangan dengan ketenangan dan keanggunan.

Gu Jingchen, yang kini mengingat segalanya, merasa bersalah dan menyesal atas perbuatannya di kehidupan sebelumnya. Ia menggunakan kekuatannya untuk melindungi Lin Yue dan membuktikan bahwa wanita itu tidak bersalah.

Pada akhirnya, wanita itu hancur bukan karena kemarahan Lin Yue, tetapi karena keheningan dan pengampunan yang menusuk. Melihat ketulusan Lin Yue dan penyesalan Gu Jingchen, ia menyadari betapa SALAH dirinya.

Lin Yue dan Gu Jingchen akhirnya menemukan kedamaian. Mereka membangun hubungan yang kuat dan tulus, bebas dari beban masa lalu.

Epilog:

Di bawah pohon plum yang bermekaran, Lin Yue berbisik kepada Gu Jingchen, "Apakah kau ingat janji itu, Yang Mulia?"

Gu Jingchen tersenyum, air mata mengalir di pipinya. "Setiap detiknya, Ayumu…"

...dan di kejauhan, terdengar bisikan angin yang membawa suara guzheng yang lirih: "Lindungi…cintaku…"

You Might Also Like: 178 Tips Moisturizer Dengan Sodium

Post a Comment

Previous Post Next Post